Home » » Gula, Garam Dan Jarum : Satu Renungan Dalam Kebersamaan

Gula, Garam Dan Jarum : Satu Renungan Dalam Kebersamaan

Gula, Garam Dan Jarum : Satu Renungan Dalam Kebersamaan – Dalam kehidupan social baik dalam lingkungan bermasyarakat, organisasi maupun komunitas, selalu bersentuhan dengan orang lain yang memiliki berbagai macam sifat dan karakter. Sehingga ada semacam perumpamaan atau pengandaian yang menggambarkan diri kita saat berada dalam satu kelompok yaitu seperti gula, garam dan jarum yang ditaruh ke dalam segelas air putih.

Mungkin muncul pertanyaan dalam benak kita, “apa hubungannya?”

Segelas air diibaratkan adalah kelompok atau komunitas sedangkan gula, garam dan jarum adalah diri kita. Ketika masuk ke dalam satu komunitas maka kita akan berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan sekitarnya termasuk orang-orang di dalamnya.

Gula, Garam Dan Jarum : Satu Renungan Dalam Kebersamaan


Ada tiga pilihan bagi kita, mau menjadi gula, garam atau jarum?

Jika kita menjadi gula, ketika ditaruh dalam segelas air maka gula tersebut akan larut di dalamnya dan memberi rasa manis.

Gula dan garam
Gula dan Garam

Ketika menjadi garam dan ditaruh ke dalam segelas air, maka garam itupun akan larut di dalamnya dan memberikan rasa asin.

Namun, ketika kita menjadi jarum yang dimasukkan ke dalam segelas air, maka jarum itu tidak dapat menyatu dengan air dan tidak pula memberi rasa apapun melainkan rasa khawatir jika ada orang yang akan tertusuk jarum ketika meminum segelas air tersebut.

Jarum
Jarum

Jarum tersebut tetap menjadi dirinya sendiri yaitu sebuah logam yang runcing dan tajam serta tidak mau berubah mengikuti kondisi sekitarnya. Sehingga jarum tersebut menjadi semacam duri dalam daging yang membuat tubuh merasa sakit.

Dan, seharusnya jarum tidak berada dalam segelas air melainkan bersama benang, kain dan penjahit atau berada ditangan seorang dokter atau bersama ibu-ibu sesuai dengan keperluannya.

Nah, itulah gambaran diri kita saat berada dalam satu komunitas atau kelompok. Mau memberi rasa manis, asin dan lain-lain tidaklah menjadi masalah asalkan mampu menyatu dengan lingkugan sekitarnya.

Jangan menjadi jarum yang tetap menjadi dirinya sendiri dan tidak mau mengerti atau peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Rasulullah Shallallahu`alaihi Wa Sallam bersabda :
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”
Bukan berarti jarum tidak memiliki manfaat apapun, namun dalam segelas air, jarum tersebut tidak memberi manfaat sama sekali. Berbeda halnya jika jarum bersama benang dan kain.

Itulah sebuah renungan dalam kebersamaan. Setiap orang bebas memilih mau menjadi apa saja, namun perumpamaan diatas kiranya dapat memberikan inspirasi sehingga kita dapat memilih menjadi sesuatu yang mampu memberikan manfaat bagi lingkungan di sekitar kita.

Semoga bermanfaat..

1 komentar: