Home » » 3 Hal Yang Menyebabkan Gagalnya Perjuangan Melawan Belanda

3 Hal Yang Menyebabkan Gagalnya Perjuangan Melawan Belanda

3 Hal Yang Menyebabkan Gagalnya Perjuangan Melawan Belanda 

Politik Adu Domba Dengan Iming-iming Harta, Tahta dan Wanita

Masa penjajahan Belanda di Indonesia sudah berakar selama 350 tahun lamanya, suatu masa penjajahan yang panjang. Apakah rakyat Indonesia pada waktu itu tidak melakukan perlawanan atau usaha untuk memerdekan diri?

Rakyat Indonesia baik dalam skala kecil maupun besar sudah melakukan berbagai usaha untuk melawan dan mengusir penjajah namun usaha tersebut selalu kandas karena politik adu domba yang diterapkan Belanda. Bangsa kita dengan mudah di adu dengan saudaranya sendiri,  dengan bangsanya sendiri dan dengan negaranya sendiri demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.

gambar perjuangan melawan belanda

Ada 3 hal yang menjadi iming-iming imbalan Belanda kepada bangsa kita agar memerangi, memusuhi dan menyingkirkan saudaranya sendiri yaitu harta, tahta dan wanita. Tiga hal ini memang menjadi kelemahan setiap manusia.

Berikut ini adalah kisah-kisah perlawanan rakyat Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Timur yang merupakan riak-riak kecil dalam gelombang melawan penjajahan Belanda dan berakhir dengan kegagalan akibat politik adu domba disertai iming-iming imbalan harta, tahta dan wanita.

1.    Untung Suropati

Untung Suropati adalah seorang Adipati Pasuruan pada masa kerajaan Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo, yang gigih dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Awalnya, Untung Suropati adalah seorang budak, karena jatuh cinta kepada wanita yang bernama Suzana seorang nonik Belanda, ia menjadi buronan Belanda. Setelah melewati lika-liku perjalanan hidupnya, Untung Suropati memutuskan untuk melawan Belanda dan karena jasa-jasanya, akhirnya ia diangkat menjadi Adipati Pasuruan.

Mitos yang jarang diketahui orang adalah Untung Suropati memiliki kesaktian tidak mempan atau kebal terhadap segala macam senjata selama kakinya menginjak tanah atau bumi. kesaktiannya ini yang membuatnya susah ditangkap dan dibunuh oleh Belanda.

Namun dengan kelicikan politik adu domba serta iming-iming harta, tahta dan wanita, Belanda menggunakan bangsa kita sendiri untuk membocorkan rahasia kelemahan kesaktian Untung Suropati, Akhirnya Untung Suropati gugur dalam satu pertempuran.

2.    Sawung Galing

Sawung Galing adalah nama yang popular bagi masyarakat Surabaya karena Sawung Galing adalah Adipati Surabaya yang dengan berani melawan penjajahan Belanda.

Belanda menggunakan saudaranya sendiri yaitu Sawung Rana dan Sawung Sari, saudara satu bapak, untuk menyingkirkan Sawung Galing. Dengan iming-iming imbalan tahta Adipati Surabaya, apabila mereka berdua mampu menyingkirkan Sawung Galing.

Namun berbagai usaha pembunuhan terhadap Sawung Galing baik menggunakan cara halus seperti racun maupun cara kasar selalu dapat digagalkan. Sawung Galing meninggal bukan karena usaha pembunuhan namun karena sakit.

Baca Selengkapnya : Kisah Sawung Galing

3.    Sarip Tambak Oso

Sarip Tambak Oso adalah salah satu pejuang yang melawan Belanda di daerah Sidoarjo. Belanda mengantisipasi perlawanan Sarip sebelum berkembang menjadi besar dengan mengadu domba dengan Pamannya sendiri.

Sarip Tambak Oso memiliki kesaktian yang berada pada ibunya. Selama ibunya masih hidup maka Sarip tidak bisa mati. Jika Sarip mati, Ibunya akan memanggil namanya lalu Sarip akan hidup lagi.

Paman Sarip yang mengetahui rahasia tersebut membocorkannya kepada Belanda dengan imbalan harta, sehingga Sarip dapat dibunuh setelah ibunya dibunuh lebih dahulu.

Baca Selengkapnya : Kisah Sarip Tambak Oso

4.    Sogol Pendekar Sumur Gemuling

Nama Sogol adalah nama yang terkenal di Jawa Timur, khususnya daerah Jember dan Lumajang. Sebagai seorang Pendekar yang memiliki berbagai ilmu kesaktian, Sogol berjuang sendiri melawan Belanda. Perlawanannya membuat gerah Belanda sehingga Belanda kembali menggunakan politik adu domba untuk menyingkirkannya.

Pertama, Belanda menggunakan jasa seorang dukun santet terkenal yang bernama Kyai Mukti dari daerah Pasirian untuk membunuh Sogol, namun usahanya gagal dan Kyai Mukti mati ditangan Sogol.

Belanda mencari cara lain, melalui saudara seperguruan Sogol yang diiming-imingi dengan harta dan kedudukan, akhirnya Sogol dapat disingkirkan.

5.    Jaka Sambang

Jaka Sambang adalah seorang Pendekar dari gunung Gangsir, Pasuruan. Perlawanannya terhadap Belanda terjadi saat pembangunan jembatan Porong dimana rakyat harus kerja paksa untuk mewujudkannya.

Diawali dengan kematian bapaknya, Lurah Bintoro, ditangan antek-antek Belanda yaitu Lurah bargowo dan carik Abilowo. Joko Sambang melawan Belanda terutama membalaskan kematian bapaknya. Akhirnya Jaka Sambang dapat membunuh Lurah Bargowo dan carik Abilowo yang menjadi musuh bebuyutannya.

6.    Pak Sakerah

Sakera adalah seorang tokoh pejuang legenda kelahiran Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Ia berjuang melawan penjajahan Belanda sekitar permulaan abad ke-19. Sakera adalah seorang jagoan daerah, yang melawan perintah diktator Belanda di perkebunan tebu di daerah Bangil.

Sakera, seperti juga jagoan-jagoan daerah lainya, menjadi korban politik adu domba yang diterapkan Belanda. Sakera ditangkap Belanda setelah dikhianati oleh salah satu temannya sendiri.

Sakera dimakamkan di wilayah Bekacak, Kelurahan Kolursari. Daerah paling selatan di Kota Bangil. Legenda jagoan berdarah Madura ini sangat populer di Jawa Timur.

Demikian rangkuman dari beberapa kisah perjuangan rakyat Jawa Timur yang merupakan korban politik adu domba atau dikenal dengan politik devide et impera, memecah belah dan menguasai, yang dilakukan penjajah Belanda.

Sekarang Bangsa Indonesia sudah merdeka namun bentuk-bentuk penjajahan baik secara ekonomi dan ideologis masih mencengkeram kita. Marilah kita belajar dari sejarah, masihkah kita mau di adu domba dengan saudara kita sendiri? Semoga tidak.

1 komentar: