Home » » Sedulur Papat Limo Pancer

Sedulur Papat Limo Pancer

Sedulur Papat Limo Pancer - Dalam kehidupan yang sedang kita jalani ini, sering kita mendengar orang khususnya orang tua yang mengatakan dalam bahasa Jawa tentang 'sedulur papat limo pancer', 'sedulur sing cedhak tanpo senggolan lan adoh tanpo langenan', 'kakang kawah adi ari-ari' dan istilah lainnya yang belum kita mengerti dan belum kita pahami.


Sedulur Papat Limo Pancer

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin modern, pergaulan yang semakin bebas dan perkembangan informasi yang semakin terbuka membuat kita khususnya generasi muda lebih menyukai budaya asing daripada budaya nenek moyang sendiri. Maka dengan tujuan memelihara budaya (nguri-uri) dan mengkaji budaya agar tetap lestari sehingga kita sebagai bangsa Indonesia tidak kehilangan jati diri, penulis mencoba menguraikan istilah "Sedulur Papat Limo Pancer" ini.

Pengertian Sedulur Papat Limo Pancer

Istilah ‘sedulur papat limo pancer' artinya saudara empat lima pusat yaitu marmati (samar mati), kawah (air ketuban), getih (darah), ari-ari dan dihubungkan melalui tali pusat berporos pada manusia (jabang bayi).

Istilah 'sedulur sing cedhak tanpo senggolan lan adoh tanpo langenan' adalah saudara kita yang dekat tanpa bersentuhan dan jauh sekali. Jika kita menganggap dan mempedulikannya maka saudara kita sangat dekat tanpa harus bersentuhan dan sebaliknya jika kita mengabaikannya maka saudara kita akan menjauh jauh sekali.

Istilah 'kakang kawah adi ari-ari' adalah kakak ‘kawah’ dan adik ari-ari yang merupakan komponen dari keempat saudara.

Ketiga istilah tersebut mengarah kepada satu hal yang sama yaitu saudara empat dan kelima pusat atau Sedulur Papat Limo Pancer.

Berikut ini adalah penjelasannya.

Kita kembali saat kita berada di dalam kandungan ibu, dan semua manusia pernah berada di dalam kandungan ibunya tidak memandang suku,bangsa dan agamanya. Karena sudah menjadi kodrat manusia, hanya Nabi Adam dan Hawa, manusia pertama, yang langsung diciptakan oleh Tuhan.

Saat di dalam kandungan, janin berada dalam satu kesatuan dengan ibu terhubung lewat tali pusar, sehingga apa yang dirasakan oleh ibu dirasakan pula oleh sang anak demikian sebaliknya sehingga muncul istilah ‘ngidam’ yang menunjukkan sang janin sudah memiliki keinginan. Dan keinginan bayi terpancar menjadi keinginan ibu atau bapaknya.

Kata orang tua, jika keinginan bayi tersebut tidak dipenuhi, nanti setelah bayi keluar dan tumbuh besar, bayi tersebut suka ‘ngiler’.

Terus apa dan siapa yang disebut ‘sedulur papat limo pancer’ atau saudara empat lima pusat itu?

Menurut Kitab Kidungan Purwajati karangan Sunan Bonang,  ‘sedulur papat limo pancer’ itu dijelaskan dalam bentuk lagu atau tembang Dhandanggula seperti berikut ini :

Ana kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira

Nganakaken saciptane Kakang Kawah puniku Kang rumeksa ing awak mami
Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari

ingkang Memayungi laku kuwasanireki Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi
Ngrerewangi ulah kang kuwasa

Andadekaken karsane Puser kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami

Nuruti ing panedha Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun
papat Kalimane wus dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang

Dalam  tembang di atas disebutkan bahwa  ”Sedulur Papat” itu adalah Marmati, Kawah, Ari-Ari dan Getih yang terhubung melalui tali Pusat (Puser), dan yang menjadi pancer atau pusatnya adalah bayi.

Penjelasannya seperti ini.

Marmati iku artinya  Samar Mati atau takut mati karena ketika ibu kita hamil, setiap hari berfikir dan merasa khawatir akan kematian bayinya. Dan perasaan takut mati (marmati) ada lebih dulu sebelum pecahnya ketuban, bayi dan ari-ari sehingga marmati disebut sebagai saudara tua.

Berikutnya adalah pecahnya ketuban atau kawah yang keluar lebih dulu sebelum bayi keluar sehingga kawah disebut sebagai saudara tua (kakang).

Kemudian disusul lahirnya bayi, setelah itu disusul keluarnya ari-ari sehingga ari-ari dianggap sebagai saudara muda dan disebut adi.

Dan keluarnya darah pada saat akhir proses melahirkan, disusul lepasnya tali pusar atau tali plasenta, biasanya  lepasnya tali pusar saat bayi berumur tujuh hari.

Karena sebelumnya semua unsur diatas itu menyatu dan jadi satu kesatuan dengan janin atau bayi maka disebut “SEDULUR PAPAT LIMA PANCER” .

Begitulah penjelasan secara fisik tentang ‘sedulur papat lima pancer’, marmati, kawah, ari-ari, darah dan tali pusat adalah kelngkapan seorang bayi. Jika salah satu saja tidak ada atau hilang maka sang bayi tidak akan dilahirkan dengan selamat atau mengalami cacat.

Pada saat di dalam kandungan, mereka (kawah, ari-ari, darah dan puser) bersama raga ada di dalam satu kesatuan diri yaitu janin.

Ketika janin keluar, secara fisik mereka berpisah dengan janin yang tumbuh berkembang menjadi manusia. Air kawah lenyap, ari-ari ditanam di dalam tanah, darah menguap dan puser terlepas. Namun secara non fisik (gaib) mereka tetap bersama.

Terus kemana mereka pergi?

Hawa Nafsu

Secara fisik keempat komponen tadi kembali ke dalam pelukan ibu pertiwi atau bumi atau tanah sedangkan secara gaib mereka berubah menjadi hawa nafsu di dalam diri manusia.

Hawa nafsu adalah sebuah perasaan atau kekuatan emosional yang besar dalam diri seorang manusia; berkaitan secara langsung dengan pemikiran atau fantasi seseorang. Hawa nafsu merupakan kekuatan psikologis yang kuat yang menyebabkan suatu hasrat atau keinginan intens terhadap suatu objek atau situasi demi pemenuhan emosi tersebut. Dapat berupa hawa nafsu untuk pengetahuan, kekuasaan, dan lainnya; namun pada umumnya dihubungkan dengan hawa nafsu seksual. (Wikipedia)

Namun pengertian ini kemudian berkembang lagi dengan adanya pengaruh agama islam. Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga kemudian ditambahkan pengertian baru yang bernafaskan Islam. Yaitu empat saudara itu adalah empat jenis nafsu manusia sedangkan yang kelima pancer adalah hati nurani atau 'alam rahsa / sirr'. Unsur empat nafsu adalah nafsu aluamah, sufiyah, amarah dan muthmainah.

Nafsu aluamah berkaitan dengan insting dasar manusia, yaitu keinginan untuk makan, minum, berpakaian, bersenggama, dll. Dikatakan bahwa nafsu aluamah ini terjadi karena pengaruh unsur tanah yang menjadi unsur pembentuk jasad manusia. Nafsu Aluamah ini mempunyai pintu di mulutdan tempatnya di perut.

Nafsu sufiyah berkaitan dengan keinginan duniawi untuk dipuji, untuk kaya, mendapat derajad dan pangkat, loba, tamak dll. Nafsu ini berpadanan dengan sifat air yang menjadi unsur pembentuk jasad.  Nafsu Sufiyah ini mempunyai pintu di mata dan tempatnya di sumsum.

Nafsu amarah berkaitan dengan keinginan untuk mempertahankan harga diri, rasa marah, emosi dll. Dikatakan nafsu ini mendapat pengaruh dari sifat panas / api yang menjadi pembentuk jasad mansia. Nafsu Amarah ini mempunyai pintu di telinga dan tempatnya di darah.

Nafsu muthmainah adalah nafsu yang mengajak kearah kebaikan. Dikatakan bahwa nafsu ini mendapat pengaruh sifat air yang juga menjadi pembentuk jasad manusia. Nafsu ini berpadanan dengan sifat udara yang menjadi unsur pembentuk jasad. Pintunya di hidung tempatnya di paru-paru.

Apakah kita bisa hidup tanpa Hawa Nafsu?

Tidak bisa. Tanpa hawa nafsu kita tak ubahnya seperti sebatang pohon yang diam membisu atau seperti sebongkah batu, tanpa gerak, tanpa emosi dan tanpa perubahan.

Dengan hawa nafsu manusia memiliki hasrat, keinginan dan ambisi untuk merubah dan memperbaiki kehidupannya.

Inilah yang membedakan manusia dengan Malaikat dan Setan. Jika Malaikat hanya melakukan kebaikan saja dan Setan hanya melakukan kejahatan atau perbuatan buruk saja maka manusia bisa menjadi salah satu darinya. Terkadang kita berbuat baik seperti Malaikat dan bisa menjadi jahat seperti Setan.

Jika kita menganggap hawa nafsu sebagai teman kita sendiri atau saudara kita sendiri bukannya lawan yang harus kita musuhi maka kita bisa mengenalnya lalu menuntun dan mengendalikannya menjadi hawa nafsu mutmainah.

Jika kita menganggapnya sebagai musuh maka setiap detik, setiap saat kita harus bersiap menghadapinya dan memeranginya sampai salah satu yang menang.

Karena hawa nafsu berada dalam diri kita, maka sebaiknya kita mengenalinya dengan baik sehingga kita dapat menuntunnya dan mengatasinya.

Mengapa Sedulur Papat Lima Pancer Harus Diperingati

Bagi orang Jawa semua 'sedulur' tadi harus diruwat, dipuasai, dirawat dan dihormati dengan cara diselamati dengan 'bancaan' atau tumpengan terutama pada hari kelahiran kita.

Hal ini bertujuan untuk memperingati hari kelahiran kita sebagai manusia, untuk mengingat kembali perjuangan ibu melahirkan kita dan mengingat bahwa kita lahir tidak sendiri melainkan bersama saudara-saudara kita.

Dengan mengingat semua itu akan  membawa kita pada kesadaran diri bahwa kita dilahirkan dari seorang ibu, dan kita lahir tidak membawa apa-apa selain saudara-saudara kita. Jadi mengapa kita menjadi takabur dan sombong setelah memiliki harta, tahta dan wanita?

Kesimpulan

Pengertian “Sedulur Papat Lima Pancer” sama dengan pengertian Manusia dan Hawa Nafsunya. Mari kita mengenali hawa nafsu, menuntun, mengendalikan dan membawanya ke jalan yang benar, jamgan sebaliknya, manusia yang dituntun dan dikuasai hawa nafsunya.

Artikel Lainnya :


0 komentar:

Posting Komentar