Home » » Salesman dan Warung

Salesman dan Warung

Pada siang yang cerah, sehabis sholat Dhuhur di Masjid Sumber Rejo, Balikpapan,  saya duduk di beranda masjid. Suasana masjid yang sejuk dan teduh membuat beberapa orang ikut duduk di samping saya. Secara tidak sengaja,  saya mendengar obrolan dua orang teman baru yang berprofesi sebagai Salesman mobil  Mitsubishi terlihat dari logo tiga berlian di baju seragamnya.

Salesman dan Warung

“Kemana lagi kita? Ke Warung Pak Rebo kah?” Tanya Fatur kepada Surip.

“Ke Cerry saja bro, tempatnya lebih enak, disana ada gorengan dan kita bisa main catur.” Jawab Surip.

“Tapi disana kita tidak bisa duduk lama, tidak bisa tiduran dan tidak bisa bebas bergerak seperti di Warung Pak Rebo.” Lanjut  Fatur.

“Kalau mau tiduran mendingan di Masjid atau pulang ke rumah, disana kita ngopi saja.”

“Kenapa sih kamu nggak mau ke warung Pak Rebo lagi? Apa gara-gara kamu pernah dimarahin oleh Pak Rebo?” Tanya Fatur.

“Di situ gak enak, kita bawa makanan dari luar dimarahin, baru datang sudah harus pesan minuman atau makanan dan lagi, penjualnya kurang ramah.” Jawab Surip.

Akhirnya kedua teman sales itu pergi.

Mendengar obrolan kedua teman sales itu, saya jadi tertarik untuk mengetahui seluk beluk kehidupan salesman. Kebetulan warung yang disebutkan adalah warung yang pernah saya singgahi.

“Enak juga jadi sales mobil, pagi hari absen dan rapat setelah itu bebas pergi kemana saja, bebas nongkrong dimana saja sampai jam pulang.  Terus kapan kerjanya?” Batin saya.

Setelah hampir tiga bulan bergaul dengan berbagai macam Salesman, seperti sales mobil, sales obat, sales asuransi dan sales makanan yang berkumpul di warung Pak Rebo, saya baru dapat memahami kehidupan sebagai seorang sales. Tentang kebiasaannya, target penjualan dan suka dukanya.

Ternyata, pekerjaan seorang Salesman memang erat hubungannya dengan warung, terutama warung kopi. Karena mereka harus memperhitungkan budget hariannya jika harus nongkrong di café. Bagi mereka, biaya nongkrong di warung harus diperhitungkan dengan cermat jangan terlalu boros.

Kebiasaan mereka adalah rapat pada pagi hari kemudian keluar kantor untuk nongkrong di warung, siang hari setelah makan siang, pergi ke masjid untuk sholat dan numpang tidur lalu kembali ke warung lagi dan terakhir kembali ke kantor untuk absen lalu pulang ke rumah.

Di warung yang tepat mereka bisa bekerja dengan tenang, menelpon calon pelanggan, menerima telpon dan mencari ide untuk menentukan tindakan selanjutnya, mau kanvas kemana atau mau mendatangi kantor atau rumah siapa untuk mendapatkan pelanggan baru.

Bagi Salesman yang sudah menemukan warung yang tepat, mereka akan menjadikan warung itu sebagai tempat persinggahan tetap, bak rumah kedua.  Jika tidak, mereka akan mencarinya, mereka akan berpindah-pindah warung, berpindah tempat nongkrong hingga menemukan warung yang sesuai dengan kriteria mereka yaitu rahasia, nyaman dan aman.

Mari kita bahas satu per satu kriteria yang mereka inginkan dalam memilih warung sebagai tempat persinggahan.

Rahasia

Warung tempat mereka nongkrong sebisa mungkin berada di tempat rahasia, tempat yang tersembunyi, tidak di pinggir jalan raya, biasanya tempat yang masuk gang-gang kecil dan terlindung. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengawasan dari atasan mereka. Sebab jika ketahuan, mereka akan disindir, dimarahi pada saat meeting, apalagi jika target penjualan tidak terpenuhi atau bahkan tidak jualan sama sekali, habislah mereka.
Jika warung berada di pinggir jalan raya, atasan mereka akan mudah mengetahuinya hanya dengan melihat sepeda motor yang terparkir di pinggir jalan. Biasanya atasan mereka hafal dengan setiap sepeda motor yang digunakan oleh anak buahnya.

Nyaman

Disamping tempat yang tersembunyi, para salesman akan betah berlama-lama di warung yang dianggap nyaman. Suasana warung enak dan pemilik warung ramah.

Aman

Warung yang aman adalah pilihan utama bagi salesman. Salesman biasanya membawa handphone, charger dan power bank lebih dari satu, disamping peralatan marketing yang tersimpan di tas punggungnya. Kadang kala mereka lupa sehingga salah satu peralatannya tertinggal. Di warung yang aman, barang-barang yang tertinggal disimpan oleh pemilik warung untuk dikembalikan kepada pemiliknya keesokan harinya.  Warung seperti ini yang menjadi tempat favorit mereka.

Untuk mendapatkan warung yang sesuai dengan ketiga kriteria salesman tersebut sangatlah susah sehingga mereka harus berkeliling kota dari satu warung ke warung lainnya, masuk gang keluar gang hanya untuk mendapatkan warung sebagai tempat persinggahan.

Jika mereka menemukan warung yang dianggap sesuai terkadang pemilik warung yang keberatan menerima mereka. Mungkin sekali, dua kali akan dibiarkan saja, selebihnya pemilik warung akan mengusir mereka baik secara halus maupun terang-terangan.

Berdasarkan pemiliknya, ada beberapa tipe warung yang dikelompokkan oleh Salesman.
1.    Kelompok Pertama adalah pemilik warung yang menolak,  pemilik warung merasa keberadaan mereka di warungnya hanya akan menganggu kedatangan pembeli yang lebih potensial karena para sales biasanya hanya minum kopi secangkir tapi duduknya lebih dari dua jam.

2.    Kelompok kedua adalah warung yang mau menampung salesman, biasanya warung seperti ini adalah warung yang pemiliknya tidak berorientasi pada mencari keuntungan semata atau pemilik warung, dulunya seorang sales juga sehingga memberikan tempatnya untuk para sales. Bahkan pemilik warung menyediakan papan catur agar mereka betah di warungnya.

3.    Kelompok Ketiga adalah warung yang mau menerima salesman di saat warung sepi dan akan mengusir salesman saat warung dalam keadaan ramai pengunjung bukan salesman. Warung seperti ini yang sering bermasalah dengan salesman terutama salesman baru dan mudah tersinggung.

4.    Kelompok Keempat adalah warung komunitas. Warung seperti ini adalah warung yang sudah dikuasai oleh sekelompok komunitas seperti komunitas makelar, komunitas sales mobil merk tertentu dan komunitas anak warung lainnya. Biasanya mereka tidak memberi kesempatan bagi orang lain, profesi lain dan komunitas lain untuk berlama-lama di warung yang dianggap miliknya.

Demikian sepenggal kisah kehidupan Salesman dan warung sebagai tempat persinggahannya. Warung bagi Salesman sudah dianggap sebagai Rumah kedua, kantor kedua dan bahkan ada yang menemukan istri kedua di warung. Hahaha ...

0 komentar:

Posting Komentar