Home » » Jual Beli Genderuwo?

Jual Beli Genderuwo?

SORE itu areal persawahan di Desa Besowo, Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban cukup semarak. Di areal persawahan yang melingkupi desa berpenduduk 628 kepala keluarga tersebut memang tengah memanen hasil bumi berupa kacang. Pria, wanita, tua dan muda tumpah ruah turun ke sawah, memungut hasil panenan. Kehidupan pertanian di Besowo memang cukup maju. Sayangnya, kehidupan damai masyarakat tani di Desa Besowo itu tertutup mitos genderuwo yang telah melingkupinya selama bertahun-tahun.


Ritual pembelian genderuwo, menurut sebagian warga, seringkali dilakukan oleh dukun desa di tempat-tempat seperti kuburan, tanah yang dikeramatkan, bahkan di tengah hutan yang cukup jauh dari desa. Ritual untuk mengambil genderuwo yang paling dekat adalah di kuburan tua yang terletak di sebelah timur desa.

Di tempat yang memiliki pohon beringin besar tersebut, konsumen biasanya diajak dukun setempat untuk melakukan pengambilan makhluk (konon) setengah manusia setengah demit itu, dengan cara mempersembahkan sesaji, membakar dupa, dan bersemadi semalam suntuk. Hanya, cara yang dilakukan oleh dukun-dukun genderuwo yang ada saat ini menurut penduduk desa sudah sangat menyimpang dibandingkan dengan dukun yang terdahulu.

Dukun terdahulu, katanya, tidak perlu melakukan ritual di tempat-tempat seperti itu. Mereka cukup memanggil ''Mbah Ireng'' (begitu penduduk desa menyebut genderuwo) dari rumah mereka, tanpa harus datang ke tempat-tempat yang wingit tersebut.

Selain di kuburan desa, ada dua tempat lainnya, yaitu tanah Karangan dan Hutan Kalang yang menjadi tujuan dukun Desa Besowo untuk ngunduh genderuwo. Karangan merupakan sebuah gundukan tanah yang lebih tinggi dari areal persawahan. Tempatnya berada di sebelah timur desa. Sementara itu, Hutan Kalang jauh dari desa dan terletak di tengah-tengah areal hutan miliki Perhutani. Hutan Kalang sangat dikeramatkan oleh penduduk. Warga desa juga percaya, hutan tersebut merupakan kerajaan dari genderuwo.

Menurut penduduk, di hutan yang juga biasa disebut hutan larangan itu mengandung mitos jalma mara jalma mati (siapa yang berani datang akan tewas). Banyak cerita penduduk Besowo yang mengatakan orang terutama dari luar daerah yang masuk ke hutan itu akan meninggal. Trisno (35), salah satu kemenakan dukun genderuwo Rasmadi menuturkan, pernah ada mandor hutan yang masuk ke hutan tersebut. Namun setelah beberapa hari, mandor tersebut tidak keluar dari hutan.

Oleh penduduk kemudian dicari bersama-sama dan mandor itu telah ditemukan meninggal di hutan tersebut. ''Hewan ternak yang masuk ke hutan tersebut biasanya banyak juga yang mati. Kata sesepuh, hewan ternak tersebut mati dimakan penunggu hutan,'' tuturnya. 

Tasman (37), salah satu penduduk setempat yang mengaku pernah mengantarkan seorang konsumen dari Surabaya untuk melakukan ritual pemanggilan genderuwo bersama salah satu dukun, mengatakan, sebelum melakukan ritual di tempat-tempat tersebut, dukun genderuwo biasanya mengajukan beberapa syarat yang harus dibawa oleh konsumen.

Baca Juga : Misteri Genderuwo dan Kesukaannya, Balada Anak Genderuwo 

Rokok Tertentu
Menurut Tasman, syarat yang harus dibawa oleh konsumen yang meminta genderuwo adalah rokok dengan merek tertentu, kembang boreh, menyan, mori satu meter serta ayam satu potong untuk brokohan atau selamatan. ''Tapi setelah ritual tersebut, saya juga tidak pernah melihat wujud dari Mbah Ireng. Mereka yang minta genderuwo itu oleh dukun hanya diberi sebuah bungkusan kain kecil yang katanya berisi Mbah Ireng. Bungkusan itu oleh dukun disarankan ditanam di tempat yang akan dilindungi oleh genderuwo,'' jelas Tasman.

Selain memberikan bungkusan yang katanya berisi genderuwo itu, konsumen juga diberikan sebuah bungkusan penangkal, agar genderuwo tersebut tidak bisa masuk ke dalam rumah. Bukan lagi rahasia jika makhluk yang bernama genderuwo tersebut bisa berubah wajah sesuka hatinya. Selain itu, genderuwo sering menyaru rupa menjadi orang dan meniduri istri orang. ''Kalau tidak minta penangkal tersebut, biasanya genderuwo masuk ke dalam rumah dan menganggu istri orang. Jika yang meminta genderuwo tersebut tidak memiliki penangkal, dia bisa berubah wajah mirip seperti pemilik rumah. Setelah itu genderuwo masuk ke rumah dan meniduri istri orang tersebut saat terlena,'' kata Munasir (43), warga lainnya yang mengaku belum pernah sekalipun melihat wujud genderuwo Besowo.

Hanya, semakin hari ritual genderuwo tersebut tidak hanya mengandalkan syarat ''standar'' seperti yang dituturkan oleh penduduk desa. Kini, dukun desa juga memodifikasi syarat tersebut dengan mengunakan uang sebagai salah satu syaratnya.

Winarti (25), penduduk desa yang berprofesi sebagai ledhek menuturkan, seringkali dia melihat orang yang melakukan ritual, diminta oleh dukun genderuwo untuk menempatkan uang yang dimasukan ke dalam amplop ke salah satu makam pepunden desa. Bahkan dia juga pernah menyaksikan aksi salah satu dukun yang mensyaratkan, setiap patok kuburan diberi amplop uang dalam jumlah tertentu. ''Tentu saja dukun seperti itu adalah dukun yang tidak benar. Akan tetapi di desa ini memang ada dukun yang seperti itu,'' cerita dia yang memiliki rumah di dekat kuburan tua desa itu.

Winarti sendiri saat ini sudah tidak lagi mempercayai kebenaran dari ritual genderuwo tersebut. Pasalnya, dia melihat sendiri bagaimana dukun-dukun tersebut sudah menerapkan tarif tertentu kepada orang-orang yang meminta jasa mendapatkan genderuwo. ''Saya yang warga desa sendiri tidak habis pikir, bagaimana orang yang datang ke dukun mau melakukan hal itu. Masak, untuk mendapatkan genderuwo harus menyediakan uang hingga Rp 2 juta segala. Tentu saja tidak masuk akal,'' paparnya. 

Terlepas dari masuk akal atau tidak, tapi hingga saat ini ritual pembelian genderuwo tersebut masih saja dilakukan oleh sejumlah orang. 

''Jarang sekali orang yang sudah datang ke salah satu dukun, kembali lagi. Entah apa mereka tidak datang lagi karena sudah mendapatkan genderuwo atau malahan tertipu karena tidak mendapatkan apa-apa selain bungkusan,'' tandas Winarti sembari tertawa. (Mulyanto AW/Djito Pati-29v)

0 komentar:

Posting Komentar