Home » » Kesurupan, sebuah fenomena tata krama

Kesurupan, sebuah fenomena tata krama



Kesurupan - Siang hari di sebuah lembaga pendidikan di tengah kota Balikpapan. Di salah satu ruangan  di lantai 3 gedung lembaga pendidikan, tampak sepasang siswa baru mendapatkan tugas untuk membersihkan ruangan.  Seorang, yang cowok sedang menyapu lantai sementara yang cewek sedang membersihkan meja dan kursi yang ada di ruangan itu.  Mereka berdua mengerjakan tugas itu dengan riang gembira, sambil bercanda dan bergurau.

Tiba-tiba sang cowok terjatuh lalu berkelojotan seperti seseorang yang terjangkit ayan. Matanya terbalik dan mulutnya bergumam dengan suara tidak karuan. 

Melihat temannya seperti itu, siswa cewek terkejut dan ketakutan kemudian menjerit histeris minta pertolongan. Para staff dan karyawan yang berada di lantai 1 dan lantai 2 berhamburan berlari untuk memberi pertolongan ketika mendengar teriakan itu.  Mereka mengerumuni dan memegangi siswa yang kesurupan tersebut, beberapa orang berusaha menyembuhkan namun tidak berhasil mengusir roh atau jin yang merasuki siswa itu.

Akhirnya mereka berusaha meminta bantuan orang pintar, tiga orang pintar yang biasa menangani kasus seperti ini tidak berhasil menyembuhkan siswa itu.  Mereka menyerah.

Saat mereka kebingungan menghadapi situasi ini, datang Pak Amad seorang petugas kebersihan kampung yang kebetulan melewati tempat ini. Orang dengan penampilan yang sederhana, mengenakan sarung dan baju kedodoran serta peci haji di kepalanya.

Pak Amad berusaha menolong, dipegangnya ubun-ubun anak yang kesurupan itu lalu dibacakan ayat kursi beberapa kali.  Anak itu sembuh tapi jin atau roh yangmerasuki berpindah kepada siswa cewek. Begitu seterusnya, bergantian kedua siswa tersebut kesurupan.

Pak Amad menjadi bingung.

Saat giliran siswa cowok kesurupan, Pak Amad memegang kepalanya lalu membisikkan sesuatu di telinganya.

“Saya tinggal di belakang tempat ini, tolong jangan ganggu anak-anak ini.” Bisik Pak Amad.

Tiba-tiba siswa itu berkata dengan logat suara yang berbeda.

“Saya lagi enak-enak duduk, mereka tanpa permisi menyapu saya, tepat di muka saya. Dasar manusia tidak tahu aturan.”

“Maafkan mereka, kalau kamu bisa dilihat mereka mungkin mereka akan minta ijin dan tidak akan berbuat seperti itu.” Kata Pak Amad.

“Enak saja minta maaf, saya tidak terima diperlakukan seperti ini. Saya lebih dulu dan sudah lama tinggal di tempat ini, mereka datang tanpa permisi menempati tempat ini lalu berbuat seenaknya seolah kami tidak ada.”

“Sekali lagi saya atas nama mereka minta maaf, mereka tidak tahu keberadaan kalian disini. Sekarang pergilah, tinggalkan tubuh anak ini.”

“Tidak mau.”

“Kalau kamu tidak mau pergi, kamu akan saya pindahkan dari tempat ini.” Ancam Pak Amad sambil membaca ayat-ayat suci.

Akhirnya jin atau roh itu menyerah lalu pergi meninggalkan tubuh siswa tersebut, masalah di lembaga pendidikan itu untuk sementara selesai.

Dari kejadian tersebut dapat diambil pelajaran bahwa mahluk gaib pun ingin diketahui keberadaannya, ingin dihargai layaknya mahluk ciptaan Tuhan lainnya, sementara pendidikan tata krama di kalangan anak-anak mulai luntur di jaman ini. Jangankan terhadap  mahluk gaib, terhadap manusia yang jelas kelihatan saja mereka kurang menghargai.

“Saya ini orang tua Mas, tapi saat mereka lewat di depan saya, jangankan ngomong ‘permisi’, tersenyum saja tidak.” Tutur Pak Yanto penjaga malam lembaga pendidikan itu.

Alangkah menyedihkan jika rasa hormat terhadap sesama mahluk  khususnya terhadap orang yang lebih tua mulai diabaikan oleh anak-anak baik kecil, remaja atau dewasa.

Semoga kejadian ‘Kesurupan’ ini memberi pelajaran kepada kita semua sehingga kita sebagai orang tua mulai menanamkan tata krama dan budi pekerti kepada anak-anak kita.

Semoga.

0 komentar:

Posting Komentar